Presentasi Praktik Baik
On the Job Training (OJT)
1. Latar Belakang
On the Job Training (OJT) merupakan bagian penting dari program pengembangan kompetensi guru yang berfokus pada praktik nyata di lapangan. Melalui kegiatan ini, guru diberikan kesempatan untuk:
- Mengimplementasikan strategi pembelajaran yang telah dipelajari pada tahap In Service Training 1.
- Melakukan refleksi pembelajaran melalui tiga sesi kegiatan, yaitu:
- Video Pembelajaran
- Open Class
- Peer Teaching
- Mengidentifikasi tantangan yang muncul dalam proses pembelajaran serta menemukan solusi inovatif.
- Mendokumentasikan praktik baik (best practices) yang bermanfaat bagi peningkatan kualitas pembelajaran.
2. Sesi 1: Video Pembelajaran
Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan guru mampu mengembangkan kompetensi pedagogik, memanfaatkan teknologi, serta menerapkan pembelajaran yang lebih aktif, kreatif, dan berpusat pada peserta didik.
Pada sesi pertama, yaitu Video Pembelajaran, saya melaksanakan pembuatan media ajar berbentuk video yang disesuaikan dengan materi pembelajaran. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah menghadirkan pembelajaran yang lebih menarik, interaktif, dan dapat diakses kembali oleh siswa kapan saja.
Dalam pelaksanaannya, saya menghadapi beberapa tantangan, antara lain keterbatasan waktu produksi dan keterampilan dalam melakukan editing video. Namun, hal tersebut dapat diatasi dengan menggunakan aplikasi editing sederhana serta melakukan kolaborasi dengan rekan sejawat untuk saling membantu.
Hasil yang diperoleh dari kegiatan ini cukup signifikan. Video pembelajaran mampu meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam mengikuti materi, serta dapat dijadikan arsip digital yang bermanfaat untuk pembelajaran berkelanjutan. Dengan demikian, sesi ini memberikan pengalaman berharga dalam pemanfaatan teknologi sebagai media pembelajaran.
3. Sesi 2: Open Class
Pada sesi kedua, yaitu Open Class, saya melaksanakan pembelajaran terbuka yang melibatkan observer dari rekan sejawat. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah memberikan ruang transparansi, kolaborasi, serta memperoleh masukan langsung mengenai strategi pembelajaran yang diterapkan di kelas.
Dalam pelaksanaannya, saya menghadapi tantangan berupa keterbatasan waktu pembelajaran dan sikap sebagian siswa yang masih pasif dalam berdiskusi maupun bertanya. Untuk mengatasi hal ini, saya menerapkan solusi berupa penggunaan pertanyaan pemantik di awal kegiatan, pembentukan kelompok belajar yang heterogen, serta pemilihan fokus materi inti agar tetap sesuai dengan alokasi waktu.
Hasil dari pelaksanaan sesi ini menunjukkan capaian yang cukup baik. Siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran, baik dalam bertanya maupun berpendapat, sementara guru memperoleh masukan berharga dari observer untuk pengembangan metode pembelajaran ke depannya.
4. Sesi 3: Peer Teaching
Pada sesi ketiga, yaitu Peer Teaching, saya melaksanakan praktik mengajar di hadapan rekan sejawat. Kegiatan ini bertujuan memberikan kesempatan untuk melatih keterampilan mengajar, memperoleh umpan balik langsung, serta menguji efektivitas rencana pembelajaran yang telah disusun.
Dalam pelaksanaannya, saya menghadapi tantangan berupa rasa gugup ketika mengajar di depan sejawat dan keterbatasan variasi metode yang digunakan. Untuk mengatasi hal ini, saya melakukan solusi berupa latihan mengajar sebelumnya, menyiapkan media interaktif yang mendukung pemahaman siswa, serta menyusun skenario pembelajaran yang lebih detail.
Dari kegiatan ini, saya memperoleh capaian berupa peningkatan kepercayaan diri dalam mengajar, serta masukan konstruktif dari rekan sejawat yang sangat bermanfaat untuk pengembangan pembelajaran ke depan. Dengan demikian, sesi peer teaching menjadi sarana refleksi sekaligus perbaikan strategi mengajar.
5. Praktik Baik (Best Practices)
Selama pelaksanaan On the Job Training (OJT), terdapat beberapa praktik baik yang berhasil diterapkan dan memberikan dampak positif terhadap proses pembelajaran.
Pertama, pemanfaatan media digital interaktif mampu meningkatkan minat dan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar, serta membuat pembelajaran lebih variatif. Kedua, kolaborasi guru-siswa berjalan lebih optimal melalui diskusi kelompok dan pembelajaran berbasis proyek. Ketiga, refleksi bersama sejawat menjadi sarana untuk mengevaluasi kelebihan dan kekurangan pembelajaran secara objektif, sehingga guru mendapatkan masukan berharga.
Selain itu, pendekatan diferensiasi sesuai kebutuhan siswa berhasil membantu menyesuaikan materi dengan tingkat kemampuan dan gaya belajar yang berbeda. Terakhir, pengelolaan waktu lebih efektif mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan alokasi yang tersedia.
Dengan adanya praktik baik ini, proses pembelajaran menjadi lebih bermakna, relevan, dan berpusat pada peserta didik.
6. Revisi Rencana Pembelajaran
Berdasarkan hasil refleksi dari tiga sesi OJT, saya melakukan revisi rencana pembelajaran agar lebih efektif, relevan, dan sesuai kebutuhan siswa.
Pertama, tujuan pembelajaran diperjelas agar lebih spesifik, terukur, dan mudah dievaluasi. Kedua, kegiatan pembelajaran dirancang lebih variatif serta berpusat pada siswa, dengan menekankan aktivitas kolaboratif dan partisipatif. Ketiga, pemanfaatan media digital dioptimalkan, baik untuk presentasi, video pembelajaran, maupun latihan interaktif.
Selain itu, saya menambahkan ice breaking dan strategi motivasi di awal pembelajaran untuk membangun suasana kelas yang lebih kondusif. Terakhir, evaluasi formatif dan refleksi siswa ditempatkan di setiap akhir pembelajaran agar guru memperoleh umpan balik langsung terkait pemahaman dan pengalaman belajar siswa.
Dengan revisi ini, rencana pembelajaran diharapkan dapat lebih mendukung ketercapaian kompetensi sekaligus meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar.
7. Kesimpulan
Pelaksanaan On the Job Training (OJT) telah memberikan pengalaman yang berharga dalam meningkatkan kompetensi pedagogik dan profesionalisme guru. Melalui tiga sesi utama-Video Pembelajaran, Open Class, dan Peer Teaching-saya memperoleh kesempatan untuk mencoba strategi pembelajaran inovatif, menghadapi tantangan nyata, serta menemukan solusi yang relevan dengan konteks kelas.
Selain itu, praktik baik yang berhasil diterapkan, seperti pemanfaatan media digital interaktif, kolaborasi guru-siswa, refleksi bersama sejawat, dan pengelolaan waktu yang lebih efektif, menjadi bekal penting dalam pengembangan pembelajaran ke depan. Revisi rencana pembelajaran juga menjadi langkah konkret untuk memperbaiki kualitas proses belajar agar lebih terukur, relevan, dan berpusat pada peserta didik.
Dengan demikian, OJT bukan hanya sekadar kegiatan pelatihan, tetapi juga sarana refleksi, kolaborasi, dan inovasi. Harapannya, seluruh pengalaman dan praktik baik ini dapat memberikan dampak positif bagi siswa, sekolah, serta komunitas pendidikan yang lebih luas.
Presentasi Praktik Baik On the Job Training (OJT) oleh Abdul Haris Hairu
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar